_Ilmu hikmah_
Wayan Supadno.
Hari ini Kamis, 17 Agustus 2023. Tepat HUT Ke - 78, Kemerdekaan Republik Indonesia. Dirgahayu, semoga Tuhan YME selalu melindungi negara kita tercinta ini. Saat ini, saat yang tepat kaji ulang tentang pangan Indonesia. Pangan soal hidup matinya sebuah bangsa (Bung Karno, 1952).
Indonesia makin hidup sehat, pertanda pangan Indonesia juga masih aman terkendali. Apapun alasannya. Yang meluber hingga diekspor. Misal nanas, produk turunan sawit, kelapa, manggis, buah naga, mangga, salak dan lainnya. Yang kurang hingga diimpor. Misal sapi, susu, kedelai, gula dan lainnya.
Soal ekspor impor bagi sebuah bangsa adalah hal biasa. Tiada satupun negara di atas bumi ini, yang nol tanpa impor dan ekspor. Itu soal perdagangan antar bangsa saja. Tapi memang sebaiknya yang diekspor barang paling langka, produk turunan karena inovasi, agar indeks kompleksitas ekonominya tinggi.
Untuk dasar agar kita sebagai anak Bangsa Indonesia pandai bersyukur dan guna membangun jiwa optimisme. Berikut ini kisah nyata di Indonesia ;
1. Tahun 1958 hingga 1963. Indonesia pernah dilanda kelaparan. Korban jiwa jumlah besar dan ribuan orang sakit karena kelaparan. Justru terjadi di sentra penghasil padi, Indramayu Jawa Barat. Tapi saat ini jumlah penduduk 273,8 juta jiwa justru impor beras hanya 4% dari kebutuhan nasional atau 1,3 juta ton (BPS, 2023).
2. Teknologi pangan, Indonesia impor gandum 13 juta ton/tahun. Tapi banyak yang tidak tahu sebagian juga diekspor lagi ke seluruh penjuru dunia, wujud Indomie misalnya. Mencengangkan Australia dan lainnya. Ekspor gandum ke Indonesia, tapi impor Indomie dari Indonesia.
3. Kreativitas pangan, memang Indonesia bukan negara sub tropis kurang cocok jika dikembangkan kedelai. Sehingga impor kedelai hingga 4 juta ton/tahun. Namun demikian, produk kreatif kedelai yaitu tempe, khas karya Indonesia. Tapi digandrungi negara - negara penghasil kedelai yang diekspor ke Indonesia.
4. Tahun 1990 an, Indonesia dipandang sebelah mata oleh Malaysia hal sawit. Tapi saat ini luas sawit Indonesia hampir 3 kali lipatnya Malaysia. Yang diekspor produk wujud minyak mentah sawit (CPO) hanya 7%, sisanya produk turunan nuansa inovasi. Beberapa tahun lagi bisa 90 juta ton CPO/tahun. Akan dibarter dengan sapi betina di Brasil dan Afrika Selatan.
_Lalu, apa pekerjaan rumah terbesar kita keterkaitan pangan ?_
1. Untuk menyambut Indonesia Emas 2045, harus menyiapkan generasi emasnya. Prevalensi stunting harus maksimal 5%, saat ini masih 21,6%. Karena sebab dominannya kekurangan protein hewani, 34%. Maka pangan protein hewani harus mudah diakses dan murah harganya.
2. Untuk memastikan pangan ada dan cukup serta bermutu. Maka harus disiapkan pelaku produsennya. Harus sejahtera, petani dan peternaknya. Dengan cara membangun iklim usaha agar gemar investasi produktif, infrastruktur dan inovasi membumi agar harga pokok produksi (HPP) rendah, laba sehat kompetitif.
Kesimpulan ;
1. Karena pangan soal hidup matinya sebuah bangsa harus waspada dan senantiasa menyiapkannya. Kesejahteraan petani dan peternak penghasil pangan, hal mutlak agar betah tidak alih profesi apalagi jadi TKI, agar tetap produksi pangan kita.
2. Adanya pajak jadi APBN untuk gajian ASN dan pembangunan bangsa, berasal dominan dari pajak pelaku usaha. Maka pelaku usaha sedapat mungkin dapat kemudahan berusaha/berinvestasi. Bukan sebaliknya.
Salam Merdeka 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630
